Misi Allah Dimulai Dari Rumah
Dari mana Allah memulai pekerjaannya di dunia ini sekarang?
→ Tonton video ini di Youtube ←

Pernahkah kamu berhenti sejenak dan menatap wajah ibumu, lalu merenungkan betapa besar perannya di dalam keluarga? Di tengah hiruk pikuk dunia yang terus bergerak cepat, seringkali kita lupa bahwa ibu adalah tiang kasih yang menopang rumah. Ia adalah doa yang tak pernah putus, cinta yang tak kenal lelah.

Hari Ibu adalah momen yang baik untuk kamu melihat lebih dalam: apakah keluargamu sudah menjadi tempat di mana kasih Kristus dinyalakan pertama kali? Rumah bukan sekadar bangunan. Rumah adalah tempat kamu diuji untuk mengasihi tanpa syarat. Dan terang Kristus, kalau kamu izinkan, seharusnya mulai bersinar dari sana.

Namun, kamu pun tahu bahwa tidak ada keluarga yang sempurna. Ada saat-saat gelap, ada saat-saat kamu merasa sendirian meski dikelilingi oleh orang-orang yang kamu sebut keluarga. Ada juga realita pahit: seseorang yang rajin ke gereja, aktif melayani, tapi di rumah justru penuh amarah dan hubungan antar-anggota keluarga yang dingin. Seperti rumah yang penuh perabot, tapi tanpa aliran listrik; gelap, kosong, dan tak berdaya.

Apa yang salah? Mungkin tanpa sadar kamu dan keluargamu mulai mengikuti pola pikir yang salah. Kamu menjadikan rumah sebagai tempat pemuasan diri, bukan lagi tempat untuk saling melayani seperti Kristus. Dan tanpa Injil di pusat rumah, rumahmu hanyalah tempat tinggal biasa, bukan saluran kasih karunia Allah.

Coba renungkan: apakah kasih yang kamu berikan di rumah bersumber dari Kristus? Tanpa Kristus sebagai pusat, kasih bisa layu, dan pengorbanan terasa sia-sia. Tapi ketika terang Kristus mulai menyala, bahkan lewat hal-hal sederhana seperti doa diam-diam seorang ibu saat menyiapkan sarapan, atau ayah yang memilih mendengarkan cerita anaknya meski lelah. Maka perlahan rumahmu berubah.

Berakar di dalam Kristus tidak harus selalu tampak besar dan hebat. Tapi kamu bisa mulai dari keputusan-keputusan kecil: memilih untuk tidak marah, memilih berkata yang membangun, memilih mengampuni, memilih mengasihi. Ketika itu kamu lakukan, kamu sedang menyalakan terang-Nya.

Tapi perlu kamu tahu: terang Kristus sering kali justru pertama kali ditolak di rumah sendiri. Bahkan Yesus pun ditolak oleh orang-orang milik-Nya. Maka jika kamu mengalami penolakan dari anggota keluarga saat mencoba menghadirkan terang Kristus, itu bukan hal baru. Kamu tidak sendirian.

Mungkin kamu adalah satu-satunya orang di rumah yang berdoa. Mungkin kamu satu-satunya yang mencoba hidup benar. Tapi satu lilin kecil saja cukup untuk mulai mengusir kegelapan. Allah bekerja lewat hati yang terbuka, meskipun itu baru kamu sendiri.

Jadi, jangan padamkan terang itu hanya karena orang lain belum ikut menyalakannya. Jadilah saksi. Teruslah hadirkan Kristus dalam kata-katamu, sikapmu, dan doamu. Rumahmu adalah tempat di mana misi Allah dimurnikan dan akhirnya dinyatakan.

Dan jangan biarkan terang itu berhenti di dalam rumah saja. Kristus memberi kasih karunia bukan untuk disimpan, tapi untuk disalurkan. Seperti gelombang laut yang tidak pernah berhenti, anugerah demi anugerah terus mengalir. Apa yang kamu terima dari-Nya cukup untuk setiap musim hidupmu; cukup untuk kamu bagikan ke lingkunganmu, komunitasmu, bahkan dunia.

Kamu tidak hidup lagi di bawah ketakutan seperti di zaman hukum Taurat. Di dalam Kristus, kamu menerima kelimpahan pengampunan dan hidup yang baru. Maka biarkan terang dari rumahmu itu terus menyebar. Sebab dari rumah yang sederhana, bisa lahir anak-anak Allah yang sejati. Bukan karena tradisi, tapi karena terang Kristus yang sungguh hidup di sana.

Jadi, sudahkah rumahmu menjadi tempat di mana terang Kristus menyala? Jangan tunggu dunia berubah. Mulailah dari rumahmu sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Math Captcha
seventy eight − seventy five =